SAINS
BARAT SEKULER (SBS) DAN SAINS TAUHIDULLAH (ST)
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari peranan para filsuf
barat (Sains Barat Sekuler) berperan dari abad 14 – 20 dimana peran sufi barat
belum sadar bahwa hidup tidak hanya berpatokan dari berbagai paham rasionalisme
dan empirik semata yang berdasarkan lewat penalaah indera saja namun yang
menjadi kendali utama berada pada qalbu (hati) yang mempengaruhi subjektif dan
objektif.
Prof. Herman Soewardi mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan yang
selama ini digunakan di kalangan masyarakat atau yang disebut Sains Barat
Sekuler (SBS) telah menimbulkan resah, renggut, dan rusak untuk lingkungan dan
manusia. SBS telah mengelola dunia berlandaskan pada nilai-nilai mereka yang
individualistik, liberal, sekuler, dan hedonistic sehingga alam telah mereka
eksploitasi secara berlebihan. Hal ini dikarenakan SBS hanya mengandalkan rasio
dan menolak eksistensi Tuhan YME.
Allah SWT menciptakan alam semesta dan isinya adalah untuk
memberitahukan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW mana yang benar dan
mana yang salah. Ilmu adalah ciptaan Tuhan dan manusia tidak menciptakan ilmu
melainkan mengungkapkan ilmu atau mencari ilmu. Ilmu diperoleh manusia
berdasarkan wahyu dan sisanya dicari sendiri berdasarkan pada alat yang Tuhan
telah ciptakan dalam diri manusia yaitu, akal (rasio) dan kalbu (rasa). Manusia
dituntut mengembangkan ilmu untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dalam
kehidupan manusia dalam rangka pengabdian manusia (sebagai makhluk) kepada
Pencipta-Nya (Khaliq).
Berdasarkan pada latar belakang di atas maka Herman Soewardi
mengemukakan konsep Sains Tauhidullah sebagai solusi untuk menggantikan SBS
yang telah menyebabkan resah, renggut, dan rusak. Sains Tauhidullah merupakan
sains yang dipandu oleh wahyu dari Allah yang berupa Al-Qur’an dan hadits
sebagai premis-premis trasendental bagi sains empirikal. Premis ini adalah
suatu kebenaran yang terhadapnya kita tidak usah ragu lagi atas kebenarannya
dan hasil deduksi daripadanya pasti benar pula. Hal ini dijelaskan pada
Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 90 - 91.
“Sesungguhnya alam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal yaitu, orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri duduk atau dalam keadaan berbaring dan ereka memikirkan
tentang penciptaan angit dan bumi (seraya berkata), “Ya, Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka”.
Sains Tauhidullah berpedoman pada suatu garis yang merupakan
ibadah kepada Allah SWT dengan menjunjung tinggi kehendak-Nya yaitu, menjalani
perintahnya dan menjauhi larangannya. Ibadah pada Allah akan menghasilkan
serangkaian tempat berpijak para muslim yaitu, aqidah, syari’ah, akhlaq, dan
muamalah. Aqidah, syari’ah, akhlaq akan membantu muslim untuk melaksanakan
tugasnya sebagai abidullah atau abdi Allah sebagai Sang Maha Pencipta dan
muamalah akan membantu muslim untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah
fil ardie atau pengelola alam semesta ini. Melalui peran manusia sebagai
khalifatullah fil ardie yang dijalankan sesuai dengan panduan normatif dari
Allah SWT akan mengarahkan manusia untuk melakukan pengelolaan lingkungan
dengan bijaksana.
Karateristik utama dari Sains Tauhidullah adalah naqilah memandu
aqilah dan naqilah memandu indrawi. Naqilah memandu aqilah adalah dimana dalam
pengembangan ilmu terjadi peralihan dari premis-premis empirikal dari pemahaman
barat yang salah menuju ke premis-premis trasendental yang dipandu
langsung oleh Tuhan. Naqilah memandu aqilah ini digunakan dalam semua bidang
ilmu. Premis trasendental sebagai pemandu manusia ini telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 5 yaitu,“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Naqilah memandu indrawi adalah penyempurnaan penginderaan
manusia yang memiliki keterbatasan melalui bimbingan dari Tuhan. Apa yang
dinyatakan benar oleh indera dapat dipertanggungjawabkan secara universal.
Penerapan Sains Tauhidullah dalam kehidupan manusia di alam semesta ini harus
segera diwujudkan agar kerusakan alam semesta akibat SBS tidak semakin meluas.
Dari hal tersebut Prof. Herman memprediksi bahwa akan tiba
saatnya suatu masa kesadaran untuk meninggalkan abad Sains Barat Sekuler, (abad
7 – 13 berperan pada masa Sains Tauhidullah), (abad 14 – 20 berperan pada masa Sains Barat Sekuler) dan pada
akhirnya ilmu pengetahuan akan kembali lagi pada masa abad 21 yaitu masa Sains
Tauhidullah. Terjadinya berbagai krisis ekologi maupun sosial saat ini
merupakan cerminan bahwa ilmu pengetahuan yang ada saat ini yang disebut Sains
Barat Modern (SBM) atau Sains Barat Sekuler (SBS) yang gagal dalam melakukan
pengelolaan di alam semesta.
Kegagalan dari sains saat ini dikarena manusia hanya
mengandalkan akal dan rasio dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan dan
melaksanakannya. Manusia lupa bahwa ada pengaruh lain pada kehidupan di alam
semesta ini dan manusia tidak menyadarinya. Alam semesta ini memiliki
ketidakpastian dan manusia sebagai makhluk hidup juga mempunyai keterbatasan
dan hanya Tuhan Yang Maha Mengetahui tentang alam semesta seisinya dengan
benar. Ilmu pengetahuan yang manusia miliki adalah sebagian kecil dari ilmu
yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Manusia juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus memahami
tentang kekuasaan Tuhan dan merasakannya sebagai kekuatan yang memiliki segala
ilmu di alam semesta ini. Ketika manusia menemukan suatu ilmu pengetahuan dan
melaksanakannya maka seacar universal ia harus memahami makna dari filsafat
ilmu. Hal ini agar manusia memahami setiap tindakannya akan memberikan
kausalitas pada setiap aspek kehidupan yang ada di alam semesta ini.
Bagi para muslim ketika ia menjadi seorang ilmuwan yang
menemukan pengetahuan dan melaksankannya maka yang utama ia yakini adalah Allah
SWT yang telah menganugerahlan alam semesta beserta isinya untuk dikelola
dengan baik. Mengelola alam dengan sebaik-baiknya adalah bentuk ibadah manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Selain meyakini keberadaan Allah SWT manusia
juga tetap harus mempelajari dan memahami filsafat ilmu karena bentuk kehidupan
di alam semesta ini tidak hanya antara manusia dengan Allah SWT tetapi juga
kehidupan antara manusia dengan mahluk hidup yang lain dan manusia dengan
lingkungannya. Filsafat ilmu juga akan membantu manusia menjadi bijaksana dalam
mengelola lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar